Mulai dari Diri Modul 1.1 - Refleksi Diri Tentang Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

 


Hai semua...
Gimana nih kabarnya? Semoga senantiasa berada dalam perlindungan Tuhan Yang Maha Esa ya. ❤
Mulai hari ini aku akan berbagi tentang tugas-tugasku selama mengikuti program pendidikan guru penggerak angkatan 4 Kota Malang Provinsi Jawa Timur.
Sebagai informasi ni sahabat, dalam PGP terdapat 3 paket modul yang harus kami pelajari dengan baik, setiap modul terdiri dari 3 sampai 4 submodul. Paket modul pertama berjudul Paradigma dan Visi Guru Penggerak. Pada paket modul 1 ini terdapat 4 submodul. Kali ini saya akan mulai dengan modul 1.1 tentang Refleksi Filosofi Pendidikan Indonesia Ki Hadjar Dewantara. Oh iya sebelum dimulai, saya juga ingin menyampaikan bahwa modul PGP ini memiliki alur dengan nama yang unik. Alur ini lah yang menuntun para CGP mengerjakan tugas-tugas di LMS dengan lebih runtut dan teratur. Sebutan alurnya adalah MERRDEKA dengan kepanjangan sebagai berikut:
M = Mulai dari Diri
E = Eksplorasi Konsep
R = Ruang Kolaborasi
R = Refleksi Kritis
D = Demonstrasi Kontekstual
E = Elaborasi Pemahaman
K = Koneksi Antar Materi
A = Aksi Nyata

Berdasarkan alur tersebut lah, saya mengawali postingan pengalaman mengikuti PGP dari alur pertama yaitu Mulai dari Diri modul 1.1.
Ternyata kami diminta untuk membuat sebuah refleksi diri terkait pemikiran Sang Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara. Berikut hasil refleksi saya terkait hal tersebut.

Reflektif Kritis
  • Jika mendengar nama Ki Hajar Dewantara, sang Bapak Pendidikan Indonesia, maka yang terlintas dalam benak saya adalah semboyan pendidikan nasional yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani . Barisan kalimat apik yang sarat akan makna tersebut tentunya cukup memberikan gambaran terhadap pemikiran dari Sang Bapak Pendidikan. Melalui semboyan tersebut, beliau berharap agar seorang pendidik mampu menempatkan dirinya dalam segala situasi dan kondisi. Ing ngarso sung tulodo, pendidik sebaiknya mampu menjadi suri tauladan atau menunjukkan contoh moral dan akhlak yang baik bagi para peserta didiknya. Ing madya mangun karso, pendidik mampu membangun kemauan dan membersamai peserta didik dalam mengeksplorasi ilmu pengetahuan. Tut wuri handayani, pendidik mampu menjadi motivator atau pembangkit semangat peserta didik dalam menuntut ilmu. Hal ini juga menunjukkan bahwa sebenarnya fokus pendidikan Indonesia adalah membangun generasi bangsa yang berkarakter mulia dan berilmu sehingga dapat menjadi pribadi yang santun nan bijak.
  • Pemikiran KHD yang menitiberatkan pada pengalaman proses saat ini mulai luntur. Dalam skala kecil yaitu di daerah tempat saya mengajar, mayoritas pendidik masih berorientasi pada hasil. Hal ini nampak dengan adanya manipulasi nilai akhir siswa yang tercantum pada raport. Alih-alih menunjukkkan kualitas sekolah melalui nilai capaian hasil belajar peserta didik yang 99% berada di atas KKM, namun justru fatamorgana kemampuan lah yang didapat oleh semua pihak, baik pendidik, sekolah, orang tua, atau bahkan peserta didik itu sendiri. Miris memang, tapi begitulah realitanya. Sedih ketika melihat peserta didik yang duduk di bangku kelas 5 atau 6, namun kenyataannya ia  masih terbata-bata membaca huruf demi huruf dalam sebuah teks bacaan yang tersaji dalam latihan-latihan soal.
  • Saya merasa belum mampu menerapkan pemikiran KHD secara optimal dalam pembelajaran. Saya masih sering terpaku pada tuntutan kompetensi yang idealnya (dalam kurikulum) harus dikuasai peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Tidak jarang saya merasa cukup frustasi ketika mendapati peserta didik memperoleh nilai kurang maksimal pada muatan pelajaran A, B, atau C. Saya juga merasa belum cukup merdeka dalam menjalani aktivitas sebagai pendidik. Tuntutan administratif sebagai guru justru menyita sebagian besar waktu saya. Perangkat pembelajaran yang masih mengusung pembenaran format lama, menjadi salah satu faktor penyita waktu terbesar. Ketika inovasi dan kreasi yang secara esensial masih memenuhi kriteria utama, namun tetap dianggap sebagai suatu hal sepele karena berbeda dari pendahulunya, tentu perlakuan tersebut secara tidak sadar dapat mengkerdilkan kreativitas dan kemerdekaan berinovasi seorang pendidik.
Harapan dan Ekspektasi
  • Melalui modul ini, saya berharap dapat membuka wawasan dan meningkatkan pemahaman saya tentang pemikiran KHD dalam pendidikan dan pengajaran. Dengan begitu, saya dapat lebih merdeka dalam menjalani aktivitas sebagai seorang guru, lebih berorientasi pada proses, dan dapat menjadi sahabat bagi para peserta didik sehingga tercipta pelayanan yang optimal bagi mereka.
  • Menjadi seorang guru yang bermakna, menginspirasi, dan dirindukan oleh murid-murid merupakan salah satu harapan besar saya.
  • Ada pepatah mengatakan bahwa kita akan lebih dapat memahami sebuah materi belajar ketikan kita melakukan atau mempraktikkan langsung ilmu tersebut. Dalam hal ini, saya berharap dapat memperoleh ilmu yang aplikatif, kegiatan yang bermakna, dan berpengaruh besar pada peningkatan kompetensi guru abad 21.

Sekian tulisan saya terkait refleksi diri tentang pemikiran KHD. Betapa bahagianya jika saya bisa memperoleh umpan balik dari bapak/ibu atau sahabat pembaca. Terima kasih

Comments